Minggu, 28 Juni 2015

Layang-layang di Atas A Lung


Para Pelaku:     A Lung
                        A Liong
                        Amir
                        Yono
                        Jemy
ADEGAN 1

            Cerita diawali dari sebuah beranda belakang sebuah rumah bergaya arsitektur Tiongkok, rumah milik keluarga A Liong. A liong adalah seorang pengusaha makanan yang cukup terpandang di kota Semarang. Sembari menikmati teh dan kue, A Liong bercakap-cakap dengan A Lung, anak laki-laki semata wayangnya.
A Liong           : Senja ini tak seperti biasa. Angin terlalu cepat berlalu, surya menapak cukup lama dari siang tadi. (A Liong mengambil secangkir teh lalu meminumnya). Hah…, sungguh musim yg sangat kering.
A Lung            : (sambil menatap ayahnya) Sepertinya  ayah sangat gerah dan kepayahan sekali. Ayah  nampak tidak sehat. Apakah saya bisa membantu ayah menghilangkan panas?
A liong             : Sekiranya sakit, ayah akan ke rumah dokter. Ayah tidak merasa sakit. Tapi memang hati ayah merasa rusuh. Ada saja hal yang membuat duduk ayah tak nyaman, apalagi bila sudah menyangkut Abdullah, tetangga kita itu.
A Lung            : Mereka keluarga yang baik kan, yah ? Saya sering melihat mereka membantu tetangga, memberikan beras, roti, gula, bahkan saya pernah melihat mereka memberikan pakaian pada tetangga. Abah Abdullah itu juga punya seorang cucu laki-laki seusia saya, namanya Amir. Dia juga anak yg baik. Sopan dan tidak pernah mengganggu teman-teman.
A Liong           : Tapi itu menurut kamu. Menurut ayah mereka itu hanya keluarga yang sombong. Suka pamer harta. Buat apa toh mereka harus membagi-bagikan makanan, kalo bukan  hanya   untuk pamer. Mana ada orang yg sudah susah payah membanting tulang untuk  mendapatkan kekayaan, eh..malah dibagi-bagi. Ayah tidak akan suka kalo  melihat kamu dekat dengan keluarga itu. Ayah tidak ingin kamu tertular sombong mereka. Lagipula kita ini berbeda dari mereka.
A Lung            : (sambil seolah bergumam) Kita berbeda? Apakah maksud ayah bahwa kita ini berbeda dari mereka?
A Liong           : Yang terpenting kamu mendengarkan pesan ayah ini. Kamu belum akan mengerti               seandainyapun ayah menjelaskan tentang semua itu. Suatu hari nanti kamu juga akan                        menyadarinya.
A Lung            : Tapi ayah…, A Lung mengetahuinya sekarang. A lung ingin tahu mengapa kita tidak sama dengan mereka.
A Liong           : Sudahlah A Lung (sambil beanjak dari kursi).
A Lung                        : Ayah…, A Lung ingin mengetahuinya sekarang. A Lung ingin ayah menjawabnya.
A Liong           : Coba lihat kecermin (sambil menunjuk ke arah cermin), berdirilah di depan cermin itu, kemudian  kamu lihat baik-baik dirimu. Kamu pasti akan menemukan perbedaan itu.
( A Liong meninggalkan beranda belakang, meninggalkan anaknya. A Lung tampak penasaran sekali dengan perkataan ayahnya. Dia berdiri di depan cermin itu, memandang dengan teliti dirinya didepan cermin)

ADEGAN 2
(Keesokan harinya, A Lung dan teman-temannya yaitu Amir, Yono dan Jamal bertemu di sebuah pohon akasia yang besar, di pinggir lapangan sepakbola. Mereka berencana membuat laying-layang sendiri)
Amir                : Yon, apa yang kamu bawa itu? Tampaknya kamu repot sekali dengan barang                                    bawaanmu itu. Jangan-jangan kamu bawa bekal untuk berkemah segala.
Jemy                : Dia malah kelihatan seperti penjual layangan betul. Lihat tampangnya, sudah pantaslah dia begitu. Ah, Yono, kita ini cuma buat dua layangan. Tak usahlah kau berlagak kita seperti pembuat layangan betulan.
Yono               : Ndak, anu…ini cuma buat jaga-jaga saja, kalo-kalo nanti ada yang tidak jadi atau                 mungkin rusak. Kita kan bisa membuatnya lagi. Iya tho?
Amir                : Jaga-jaga? Memangnya kita satpam. Ha…ha…ha… ada saja kamu itu Yon.
Jemy                : Ya sudah, sudah! Kita tak usah persoalkan lagi masalah Yono. Kau, Lung(sambil               memberikan gunting pada A Lung). Kau potong kertas ini, buat yang bagus. Jangan              robek-robek. Dan kau, Mir, kau potong tali. Aku dan Yono buat kerangka dari bambu                ini. Nanti kita lem bersama-sama.
Amir                : Wah, kamu curang Jem. Aku dan A Lung dapat kerjaan yang susah sementara kamu                       dan Yono dapat yang mudah.
Jemy                : Tentu saja kau dapat bagian itu, aku ini menghargai setiap kemampuan orang, jadi sudah pantas kau mendapat bagian itu. Kau kan pandai merangkai tali, sementara A Lung terampil dalam merangkai kertas. Kalau Yono, diberi tugas apapun dia mau.         Kalau Aku (sambil menunjuk dadanya) ditakdirkan jadi pemimpin, jadi aku akan mengatur kalian nanti.
Yono               : Iya, pak bos.
Amir                : Hei, Lung, mengapa kamu diam dari tadi. Apa kamu tak diberi uang jajan bapakmu?
Yono               : Iya Lung, ada apa? Kok dari tadi aku lihat kamu itu diam terus. Apa ada masalah                 dengan kamu. Mbok ya cerita, mungkin saja kita bisa bantu.
A Lung            : Tidak ada apa-apa kok. Oh iya, apa kalian waktu ingin kesini tadi bilang dulu dengan orang tua kalian.
Jemy                : Iyalah, ayahku bisa marah besar kalo aku tak bilang. Yang penting sudah bilang kan.
Yono               : Kalo aku sudah dari kemarin bilang bapak.
Amir                : Aku tadi pagi sudah bilang juga kalau mau bermain di lapangan bersama kalian.                  Memangnya kamu belum bilang bapak kamu kalau mau main di lapangan?
A Lung                        : Aku belum sempat bilang, karena bapak harus ke toko pagi-pagi. Kalian tidak akan                        dimarahi ayah kalian jika kalian tidak ijin dulu jika bermain?
Yono               : Kalau ayahku tidak apa-apa Lung. Bapak malah senang kalau aku main, soalnya kalau di rumah aku malah sering nonton tv, kata bapak pemborosan. Bayar listriknya jadi mahal.
A Lung                        :  Apakah ayah kalian juga tidak pernah mengatakan jika kita ini berbeda?
                        (Sejenak A Lung, Amir, Yono dan Jemy terdiam. Mereka saling pandang)
Yono               : Memangnya kita ini beda?
Amir                : Kita ini Cuma anak SD yang sedang bermain kan?
A Lung                        : Apakah kalian juga tidak pernah diminta oleh ayah kalian untuk melihat diri kalian                         di dalam cermin?
Jemy                : Untuk apa kau melakukan itu?
A Lung                        : Aku sendiri belum tahu maksud ayah, tapi kata ayah bila besar nanti aku akan                                menyadarinya.
Amir                : Bukankah kita memang sama, kita mempunyai mata, hidung, telinga, tangan, kaki,                           semuanya kita punya seperti yg orang lain punya. Bahkan kata bu Sari, guru kita,                   sekalipun kita cacat, kita tetap sama di mata Tuhan. Kita ini sama.
Jemy                : Sudahlah Lung, tak usah kau pikirkan kata-kata ayah kau itu. Nah, kita sudah selesai                        membuat dua layangan. Kita gantian saja main layangannya. Yuk kita ke lapangan!
( Mereka berempat lalu berlari kelapangan sambil membawa layangan mereka. Angin bertiup tak terlalu kencang)

ADEGAN 3
(Diberanda belakang rumah keluarga A Liong, di waktu senja)
A Liong           : Ayah mendengarkan sesuatu yang tidak menyenangkan.( A Liong mengambil the dan meminumnya sedikit)
A Lung                        : Tentang apa itu ayah?
A Liong           : Tentang kamu. (Perkataan A Liong datar dan dingin)
A Lung            : (A Lung memandang ayahnya dengan isyarat mata seolah-olah heran)  Maafkan saya  ayah, saya mungkin telah tidak sengaja membuat hati ayah tidak berkenan.
A Liong           : Tapi kamu sengaja melakukannya. (masih datar dan dingin)
A Lung                        : (Masih seolah-olah tak merasa bersalah) Maksud ayah?
A Liong           : Jangan menguji kesabaran ayah.... (A Liong meletakkan teh, kemudian memandang A Lung dengan mata yang serius). Kamu sudah mengerti arah pembicaraan ayah.
( A Lung menunduk, dadanya berdegup kencang. Beberapa saat A Lung tidak dapat menatap ayahnya, dia terdiam)
A Liong           : Kamu bisa menjelaskan semua itu kepada ayah?
A Lung            : Ayah…(suara A Lung bergetar) sesungguhnya A Lung belum mengerti maksud ayah. Sesungguhnya saya masih ingin bertanya lagi tentang mengapa saya tidak      diperbolehkan berkumpul apalagi berteman dengan Amir, Yono juga Jemy.
A Liong           : Ayah sudah bilang bahwa ayah, kamu dan juga keluarga kita berbeda dengan mereka (dengan suara agak meninggi namun masih datar)
A Lung                        : Tapi mengapa  ayah? Bukankah semua orang sama, kata Amir, kita sama-sama                                mempunyai hidung, mata, telinga, mulut, juga hal yang lain. Bahkan seandainya kita                       cacatpun kita tetap sama. Kita manusia bukan?
A Liong           : Kamu sama sekali belum mengerti maksud ayah. Bukankah ayah sudah memintamu                       bercermin, melihat dirimu. Apakah kamu sama dengan mereka? Apakah engkau                               memiliki mata yang sama dengan mereka? Apakah kamu memiliki hidung yang sama                   dengan mereka? Apakah kamu belum juga mengerti tentang ini?
A Lung              : Kalau itu A Lung mengerti ayah,  tapi apakah karena itu saya tidak boleh berteman  dengan mereka. Bukankah kami ini bersama-sama belajar dalam satu sekolah yang sama. Apakah A Lung benar tidak boleh bertemu dengan mereka, sekallipun hanya untuk menyapa.
A Liong             : Kamu tidak perlu mengkuatirkan itu. Ayah akan memindahkan sekolah kamu. (Suara A Liong masih keras dan datar)
A Lung                        : Tapi ayah…(A Lung menatap ayahnya, matanya memerah)
A Liong             : A Lung dengarkan ayah, ini semua untuk kebaikan kamu. Kamu akan mengerti suatu saat nanti. (A Liong menatap A Lung,masih juga dengan mimic yang datar)
A Lung              : Ayah tidak mengerti A Lung( A Lung menangis) ayah tak perduli tentang perasaan A Lung. (A Lung menutup wajahnya dengan kedua tangannya)
(A Liong Berdiri, menatap A Lung sejenak dengan wajah datar dan meninggalkan A Lung sendiri di beranda belakang)

ADEGAN 4
(Dua hari kemudian A Lung tidak masuk sekolah, ayahnya berencana memindahkan ke sekolah lain. Setiap hari dia hanya dikamar, hanya keluar ketika makan dan mandi saja. Anak kecil itu selalu memikirkan tentang perkataan ayahnya. Tentang perbedaan itu. Malam itu memikirkan lagi tentang semua itu, dia membuka jendela dan melihat malam yang ditaburi bintang)
A Lung               : Malam, seperti yang engkau tahu saya sendiri. Saya hanya ingin ada yang menemani saya mala mini. Malam, saya ingin bercerita tentang pikiran saya. Saya ingin bercerita tentang hati saya. Saya ingin juga bintang mendengarkannya. Saya tidak tahu dari mana saya akan memulainya. Saya pikir ini semudah saya merangkai layang-layang.
Malam, seperti saya menapak dalam awal senja ini, saya ingin memulainya. Saya ingin       bertanya, apakah saya ini berbeda dari teman-teman saya? Ataukah saya ini sama dengan teman-teman saya? Maaf jika saya meragukan perkataan ayah, mengapa ayah tidak menjelaskan tentang semuanya. Mengapa saya harus menunggu sampai saya dewasa untuk mengerti tentang sebuah perbedaan itu. Malam, bukankah sebenarnya kita ini memang beda? Bukankah antara engkau dan bintang juga memiliki jiwa yang lain, Bukankah kalian membawa diri kalian masing-masing. Jiwa gelap dan jiwa terang.
Tapi dua malam ini saya tahu kalian bersama-sama dalam nuansa senja. Mengapa saya tidak dapat mengambil nyawa itu dari kalian? Mengapa ayah tak pernah melihat kalian saat bersama seperti ini?
Bintang berkediplah sekali agar hatiku lapang.
(A Lung menatap langit, lalu berkedip sekali. Dia mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya berlahan. A Lung menutup jendela)
ADEGAN 5
(Dibawah pohon beringin besar di dekat lapangan, Amir,  Yono dan Jemy bertemu untuk membuat laying-layang. Mereka duduk bersama)
Yono               : sudah dua hari A Lung ndak masuk sekolah. Kira-kira kemana saja dia ya?
Jemy                : Kata Bu Sari, bapaknya A Lung dating ke sekolah. A Lung akan dipindahkan sekolah. Begitu katanya Bu Sari.
Yono               : lho kok A Lung ndak cerita dulu kepada kita.
Amir                : Ya jelas A Lung tidak cerita kepada kita. Dia kan sudah dua hari tidak masuk sekolah, dua hari ini juga dia tidak datang ke lapangan.
Yono               : Oh iya ya. Aku lupa. (Sambil menggaruk-garuk kepala)
Jemy                : Mungkin A Lung akan datang kalau dia benar-benar pindah sekolah. Untuk perpisahan kepada kita mungkin.
 Amir               : Mungkin bisa juga begitu(sambil manggut-manggut)
Jemy                 : Kita harus membuat A Lung senang sebelum berpisah dengan kita. Kita temannya, kita akan menjadi teman selamanya.
Amir                : Bagaimana caranya ya?
Yono                 : Bagaimana kalau layang-layang ini kita berikan kepada A Lung.(Yono mengangkat  layang-layang yang belum jadi kehadapan Amir dan Jemy)
Amir dan Jemy            : Ide yang bagus! (bersama-sama menjawab)
Jemy                : Ayo kita kerjakan di rumah saja. Kita buat yang paling bagus.
Yono dan Amir : Ayo…!
(Amir, Yono dan Jemy akhirnya pulang dan menyelesaikan laying-layang itu di rumah) 

ADEGAN 6
(Hari minggu, Amir, Yono dan Jemy pergi ke rumah A Lung. Mereka bertemu dengan ayah A Lung. Mereka dipersilahkan masuk.)
A Liong           : Ada apa kemari? (dengan wajah datar dan dingin)
Jemy                : Kami ingin bertemu dengan A Lung, om. Apa A Lung ada di rumah om?
A Liong           : Ada perlu apa kira-kira?
Yono               : Gini lho om, katanya kan A Long akan pindah sekolah. Nah kami hanya ingin ketemu       dia dulu untuk mengucapkan salam perpisahan.
A Liong           : Tapi A Lung sedang tidak sehat. Dia tidak bisa bertemu dengan kalian. (sambil berdiri  dari duduknya)
Amir                : Ya sudah om, kalau begitu kami titip ini saja.( Amir memberikan layang-layang kepada ayah A Lung)
( Amir, Yono dan Jemy akhirnya pulang. A Liong masih memegang layang-layang,  dia memegang cat  yang masih basah itu. Dia melihat cat yang sangat mencolok itu. Merah dan putih. Dia tertegun di beranda)

ADEGAN 7

(Keesokan harinya. Di kamar A Lung masih merenung, dari balik pintu terdengar ketukan. Dia membuka pintu, ayah A Lung masuk. A Liong menatap anaknya, dia duduk di kursi disebelah A Lung.
A Liong           : Kemarin teman-teman kamu datang kesini.
                          (A Lung menatap wajah ayahnya)
A Lung              : Mengapa ayah tidak bilang bila mereka dating kemari. (Suara A Lung lemah dan terlihat kecewa)
A Liong              `: Mereka memberikan ini( A Liong memberikan layang-layang bercat merah putih kepada  A Lung)
A Lung              : Ayah…( Alung menerima layang- layang itu menatap terharu mengambil navas perlahan, lalu menatap layang – layang itu sekali lagi). Ayah , tolong sampaikan rasa terimaksihku kepada mereka .mohon sampaikan juga permohonan maafku kepada mereka bila bertemu.
A Liong             : tentu saja Ayah akan menyampaikan kepada mereka,tapi apakah tidak sebaiknya kamu yg menyampaikan sendiri.
A Lung              : Maksut Ayah? ( A Long menatap wajah ayahnya dengan terkejut ) apakah aku boleh bertemu mereka?
A Liong             : nanti sore teman – teman mu akan bermain layang – layang dilapangan .temuilah mereka
A Lung            : ayah…(mata A Lung memerah.terharu)terimakasih ayah( A Lung memeluk Ayahnya)
                                                             TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar