Minggu, 11 September 2011

Kekuatan Komunikasi dengan Personal Magnetism

Kekuatan Komunikasi dengan Personal Magnetism


Anda pasti sering melihat seorang wanita berwajah cantik atau pria tampan yang menyedot perhatian orang di sekelilingnya. Anda pun barangkali pernah menyaksikan seorang wanita atau pria berumur, yang karena sesuatu hal, tak kalah menariknya dibanding mereka yang muda. Wanita cantik atau pria tampan menyedot perhatian karena daya tarik fisiknya (physical attractiveness). Sementara wanita dan pria berumur tadi bisa menyedot perhatian karena kematangan atau daya magnet kepribadiannya (magnetive attractiveness).

Apa yang membedakan di antara kedua kelompok tersebut? Jelas, daya tarik fisik adalah anugerah alam, dan tidak semua orang memilikinya. Sedang daya tarik personal adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari siapapun, tidak memandang usia, warna kulit, ras, apalagi agama.

Nah, jika seseorang ingin meningkatkan daya tarik fisiknya, biasanya cara-cara yang ditempuh adalah dengan memoles habis wajahnya dengan kosmetik, atau bahkan operasi plastik seperti Michael Jackson. Sementara orang yang ingin meningkatkan daya tarik pribadinya cukuplah dengan mengasah ketrampilan untuk bersikap dan berperilaku yang memikat. Cara yang pertama biasanya berat di ongkos atau sering mengandung risiko, sedang cara kedua butuh kesabaran, ketekunan berlatih, namun sangat irit di ongkos.

Beda lainnya, daya tarik fisik akan merosot jika kepribadian tidak mendukung, dan biasanya sangat memusuhi berlalunya waktu. Dengan kata lain, makin bertambah usia seseorang, makin menurun daya tarik fisiknya bagi orang lain yang menilai orang itu berdasarkan parameter fisik. Sebaliknya, magnet kepribadian justru makin kuat, seiring dengan kematangan, pengalaman dan bertambahnya usia seseorang. Inilah keunggulan personal magnetism.

Bahasa Mata
Personal magnetism adalah pemancaran cahaya kepribadian dari dalam (inner glow) menjadi cahaya kepribadian keluar (outer glow), yang menimbulkan pengaruh atau daya tarik terhadap orang lain. Unsur utama personal magnetism adalah bahasa mata, cahaya kepribadian, dan komunikasi bawah sadar. Ketiga unsur tersebut bisa dipelajari, dilatih, dan dikuasai, hingga akhirnya bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari cara Anda berkomunikasi di setiap kesempatan.

Bahasa mata adalah unsur utama dalam personal magnetism. Karena mata adalah sarana yang paling efektif untuk mengkomunikasikan daya tarik atau cahaya kepribadian Anda. Mata adalah jendela pikiran dan suasana hati Anda. Dalam komunikasi dengan bahasa mata, Anda harus melihat mata lawan bicara secara langsung dan mendalam. Ingat, melihat secara langsung dan mendalam, namun ringan. Jangan melotot, membelalak, memandang dengan tajam, atau menyipitkan mata. Kuncinya adalah, lihatlah mata lawan bicara secara langsung sambil merasakan suatu “perasaan yang mendalam”.

Jangan berbicara seolah-olah Anda sedang berbicara di hadapan sekelompok orang, sekalipun Anda memang sedang berpidato di hadapan mereka. Berbicaralah secara langsung sambil merasakan bahwa Anda sedang berbicara kepada masing-masing pribadi, bukan sekelompok orang.

Cara ini akan sangat kuat dalam menyampaikan pesan-pesan maupun mempengaruhi persepsi audience. Mereka akan merasa bahwa pesan-pesan itu sungguh-sungguh disampaikan untuk diri mereka.

Pesan Mental
Sesungguhnya, bahasa mata itu mengandung sifat fisik maupun mental. Keduanya bisa sangat mempengaruhi emosi seseorang. Anda bisa mentransfer perasaan atau pesan-pesan mental melalui bahasa mata. Anda akan mudah mengenali pesan-pesan mental itu bila berada dalam situasi komunikasi yang penuh emosi (perasaan). Mungkin Anda pernah melihat bagaimana mulut seseorang terkunci rapat, namun Anda rasakan tatapan matanya seolah ingin menyampaikan sesuatu yang begitu berarti. Anda pun bisa merasakan dan mengerti makna pesan yang disampaikannya itu.

Coba ingat pesan-pesan mental yang pernah Anda terima; misalnya tatapan seseorang yang seolah ingin mengatakan, “Aku tidak ingin berpisah”, “Aku berkata sejujurnya”, “Aku sungguh-sungguh mencintaimu”, “Maafkan aku”, dll. Biasanya, pesan-pesan mental melalui mata akan jauh lebih tertanam dan tak mudah hilang dari ingatan. Inilah kekuatan utama berkomunikasi dengan personal magnetism. Menyampaikan pesan mental melalui mata tidak selalu dalam bentuk kalimat-kalimat yang dibatin. Cara lain untuk memperkuat pancaran cahaya kepribadian adalah dengan tersenyum melalui mata!

Sepertinya mengada-ada? Sama sekali bukan. Sesungguhnya Anda sudah merasakan rasa lucu, rasa tulus, rasa iba, dan rasa-rasa yang lainnya jauh sebelum mimik muka Anda mengekspresikannya. Inilah prinsip yang digunakan, Anda hanya perlu merasakan ‘tersenyum’ dan mengalirkan perasaan itu melalui mata. Anda rasakan perasaan tersenyum, tapi jangan berpikir atau memaksakan pikiran untuk tersenyum. Rasakan senyum secara alamiah dari dalam batin.

Nah, biasanya lawan bicara tidak melihat senyum Anda dari lekukan pipi. Namun Anda akan rasakan dari pancaran matanya, bahwa mereka seperti merasa nyaman dan senang bertemu muka dengan Anda. Pada saatnya sesungging senyum menampak di muka Anda, maka senyum yang benar-benar dirasakan tadi akan terwujud sebagai senyum yang alamiah, tidak dipaksakan, hangat, dan tulus. Senyum semacam ini memperkuat pancaran pesona kepribadian Anda dan menunjukkan bagaimana karakter Anda.

Kekuatan Suara
Anda pasti pernah mendapati bagaimana seseorang yang begitu menguasai bahan pembicaraan, berpengetahuan luas, kaya pengalaman, dan lincah dalam berwicara, namun pesan-pesan yang disampaikannya terasa kurang “berisi”. Sekalipun seseorang tadi terus-menerus membeberkan kepandaian dan wawasannya, namun tetap saja, “ceramahnya” kurang membekas. Tidak ada yang nyantol. Malahan terasa kurang pas dengan situasi psikologis audiensnya. Aneh bukan?

Personal magnetism menekankan pentingnya memberi kekuatan magnetis pada suara. Hal mendasar di sini adalah proyeksi suara, yaitu bagaimana Anda memancarkan pesan mental dan bagaimana cara Anda mengucapkan pesan. Kata yang keluar dari mulut Anda adalah aspek fisik. Namun bagaimana cara Anda mengontrol proyeksi suara adalah aspek non-fisik (mental).

Menyampaikan pesan dengan kalimat-kalimat yang logis, teratur susunannya, disertai pengaturan intonasi yang pas, memang sangat penting. Namun, menyampaikan pesan terucap secara teratur, lalu membarenginya dengan proyeksi mental melalui pancaran mata, akan memperkuat daya magnet kepribadian Anda.

Satu teknik dalam public speaking adalah memulai pidato dengan cara mengarahkan pikiran, perasaan, pandangan, dan suara pada pribadi audiens terjauh dari posisi Anda. Berikutnya, proyeksikan suara pada kerongkongan, mulut, dahi, sisi belakang gigi depan, dan tentu saja proyeksikan suara melalui pandangan mata.

Bagaimana proses pemancaran pesan mental seperti ini dijalankan? Tidak sulit. Anda hanya perlu berpikir dan merasakannya bahwa proyeksi itu memang sedang mengalir dan tersalur melalui mata Anda. Bagi audiens, pidato Anda akan menjangkau perasaan keluasan dan kedalaman, serta dipersepsi bahwa hal itu memang ditujukan bagi mereka pribadi per pribadi.

Cahaya Kepribadian
Anda tidak bisa memancarkan cahaya kepribadian dan menarik perhatian orang lain, jika Anda memang tidak memilikinya. Untuk memilikinya, Anda bisa melatih diri dengan mengembangkan sifat-sifat tertentu. Cahaya kepribadian dibangun dari kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, serta bagaimana mengelola emosi secara positif, yang pada akhirnya akan otomatis memancar manakala Anda berinteraksi. Magnet kepribadian ini bisa dipancarkan dengan sifat pembawaan diri yang antusias, ramah, tulus, hangat, tanggap, percaya diri, serta perasaan yang mendalam saat berkomunikasi.

Tidak ada cara lain untuk mengembangkan cahaya kepribadian selain melatih diri dan membiasakan munculnya sifat-sifat tadi. Jika Anda ingin tampil anstusias dan bergairah, jangan bersikap lesu dan malas dalam berkomunikasi maupun berperilaku. Kegairahan itu memancar dan menular. Jika itu muncul secara wajar dan alamiah, hasilnya adalah reaksi yang positif.

Jika ingin ramah, bersikaplah benar-benar hangat dan terbuka kepada setiap orang. Begitu mudahnya orang lain mengenali apakah Anda cenderung terbuka atau menutup diri terhadap pribadi yang mendekati Anda. Jika ingin tulus, hindarkan diri dari pamrih-pamrih tersembunyi. Hangat dan tanggap bisa ditumbuhkan dengan perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara, dan siap memberikan respon yang diperlukan sesuai konteksnya.

Jika ingin tampil percaya diri, milikilah perasaan bahwa hakikatnya setiap orang mempunyai kesetaraan dan persamaan hak dalam berbagai hal, dan Anda pun berhak untuk mendapatkannya. Miliki keyakinan, bahwa Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan. Jika menginginkan hubungan sosial atau relasional yang mendalam, jangan tanggung-tanggung dalam menjalin kesepahaman.

Begitu murahnya ongkos mendapatkan magnet kepribadian; terus menerus berlatih mengembangkan sifat dan sikap yang positif!

Pujangga Lama

Pujangga Lama
Salah satu halaman Hikayat Abdullah

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
[sunting] Karya Sastra Pujangga Lama
[sunting] Sejarah

Sejarah Melayu (Malay Annals)

Hikayat

Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Kadirun



Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera Hasan
Tsahibul Hikayat

Syair

Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak

Kitab agama

Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama

Robinson Crusoe (terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
Kapten Flamberger (terjemahan)
Rocambole (terjemahan)
Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
Cerita Nyi Paina
Cerita Nyai Sarikem
Cerita Nyonya Kong Hong Nio



Nona Leonie
Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
Cerita Rossina
Nyai Isah oleh F. Wiggers
Drama Raden Bei Surioretno
Syair Java Bank Dirampok
Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
Tambahsia
Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana
Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

Periodisasi Sastra Indonesia

Periodisasi

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

lisan
tulisan

Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:

Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Sastra Melayu Lama
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 1945
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan 1980 - 1990-an
Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an

Sastra Indonesia

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.

Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.